Jetpack WordPress Plugin – Ada beberapa tipe orang yang tidak nyaman dengan hal2 yang berbau all-in-one (AIO) atau multiguna. Lebih nyaman menggunakan product, tools, atau bahkan metode yang memang didesain untuk keperluan khusus di satu pekerjaan/bidang saja. Contohnya saya yang selalu merasa tak nyaman dengan produk2 AIO sematjam plugin WP Jetpack, W3 Total Cache, dan plugin2 “kelas berat” lainnya.

Alternatif Jetpack WordPress Plugin
+1 Google Analytics (GA). Selain itu memang “industry standard”-nya, ngolah data dari GA itu juga lebih nyaman misal ketika dilempar ke Looker Studio atau Google Sheets.

Di sini saya menekankan perasaan tak nyaman ya, bukan melulu soal lebih berat atau lebih ringan mana di antara keduanya. Pasalnya, all-in-one product/tools tidak selalu lebih berat dibanding misal tools yang didesain khusus untuk satu jenis pekerjaan atau tujuan. Tergantung seberapa efisian script2 tools tersebut, yang biasanya akan sangat kelihatan bedanya ketika digeber habis2an alias full load.
Resource Berat, Meski keadaan Idle
Sementara ketika bicara soal idle atau saat tools AIO berjalan di web yang sedang tidak banyak aktivitas, tools2 AIO yang menurut logika awam saya bakal kelihatan “bloated”-nya karena layer tambahan lebih banyak/overhead. Ketika semua modul pun dimatikan, layer-nya tetap ninggalin “beban”. Hmm, boleh dibilang “master process”-nya tetep gede gitulah. Kalau saya, bikin enggak nyaman hal2 seperti itu.
Pandangan seperti di atas tak hanya saya pakai di dunia web/server. Di bidang lain pun sama, enggan pakai produk2 multiguna. Misal di dunia recording/mixing-mastering, saya kurang suka combo equalizer+compressor. Atau di fotografi, pada range harga yang setara, saya tidak pernah kepikiran beli zoom lens (AIO), prime/fixed lens harga mati. Semakin sederhana/terbatas fitur atau fungsinya, makin suka.
WordPress CMS Multiguna
Sekali lagi, product2 multiguna itu memang tidak selalu lebih buruk. WordPress saja kalau saya tidak salah layak disebut CMS multiguna kok, meski “fitrahnya” setahu saya adalah sebuah CMS blogging. Web E-commerce dari WP bisa saja lebih powerful dibanding web serupa dari CMS/framework khusus E-commerce, ketika itu WP developer-nya memang “sakti”. Sayangnya, nyari yang sakti2 gitu tidak mudah.
Sumber : Yos Beda Moderator group WordPress Indonesia