Breaking News

Blogger apakah bakal tergeser dengan adanya ChatGPT?

ChatGPT – Saya sendiri basic-nya adalah penulis, seperti tersirat pada komentar2 saya di grup ini. Namun begitu, setelah kenal AI, saya malah melihat tidak ada alasan untuk nulis manual lagi, kecuali untuk konten curhat di blog pribadi. Belakangan ini saya produksi konten dengan bantuan `gpt-3.5-turbo` (API-nya chatGPT)[1], yang proses quality control (QC)/pre-release diolah oleh AI juga, yakni basic *davinci* yang di-fine tuning[2] dengan gaya penulisan saya.

Blogger apakah bakal tergeser dengan adanya ChatGPT

GPT-3.5-Turbo

Ketika workflow di atas berjalan lancar, saya seperti mendapatkan “versi sempurna” dari writing style saya. Ibarat kata seperti saya minta tolong ke kembaran saya untuk nulisin artikel buat saya yang hasilnya memang tak bisa dibedakan dengan tulisan2 saya selama ini. Sekali lagi, kalau berjalan lancar ya, wkwkwk. Soalnya kalau enggak lancar, konten yang sudah semi matang buatan `gpt-3.5-turbo` malah ke-downgrade jadi kayak tulisan anak-anak.

Wajar sih konten `gpt-3.5-turbo` kadang ke-downgrade oleh fine tuned basic model. Jangankan basic davinci, davinci fine-tuned “bawaan pabrik” paling maju kek `text-davinci-003` saja jadi kek “anak pemalas” di hadapan chatGPT. Pada kondisi seperti itu, gagal QC, mau tidak mau ya memanfaatkan lagi gpt-3.5-turbo yang telah di-fine tuning writing style saya secara manual (prompt) untuk melakukan koreksi walau boros kuota token.

ChatGPT adalah jalan Masa Depan

Saya melihat produksi artikel dengan AI ini adalah “jalan masa depan” yang tak bisa dihindari. Pasalnya, AI itu bukan sekadar rewriter yang hanya bisa membuat konten “generic”, tapi lebih dari itu. Menimbang bahwa AI bisa di fine tune—baik lewat training data (dataset) maupun manualan (one time) via prompt—serta writing style adalah hal yang bisa dirumuskan, maka tidak ada alasan untuk tidak memanfaatkannya AI dalam produksi konten tulisan.

Apakah aman produksi konten dengan AI di mata Google?

Google sendiri tidak melarang bikin konten dengan AI, dengan catatan tidak ada “akal2an” untuk manipulasi ranking atau algoritmanya[3]. Terlebih lagi, ketika kita baca konten hasil AI dengan prompt/parameter/task tertentu lalu mendapati gaya penulisan (diksi, logika kalimat, dll.) tidak jauh berbeda dari apa yang akan atau biasa kita tulis, maka apa bedanya dengan kita menulis sendiri.

Pertanyaan yg sama ketika Kalkulator ditemukan; apakah guru matematika akan tergantikan?

Hanndy Dannovan

Berarti bikin kita jadi pemalas dong itu AI/chatGPT? Enggak juga, posisikan diri kita naik pangkat dari jurnalis ke editor berita di sebuah media. Cita rasa atau taste tetap kudu diasah untuk memilah2 mana kata/frase/kalimat yang ingin dipakai dan tidak. Inget, chatGPT itu non-deterministic, prompt identik hasilnya tak selalu sama, kadang kita baru menemukan apa yang dimau pada percobaan ke-2, ke-3, dst. selama enggak nge-halu itu AI-nya[4].

Yang bergeser adalah yang tidak mau kreatif, banyak ngeluh dengan kemajuan teknologi….padahal teknologi itu reversible, teknologi makin maju, bukan bikin org makin mentok, tp makin kreatif…

Ya susah sih, mindset dr awal masuk di bisnis teknologi sudah bermindset apa2 Googling aja seperti di Google itu ada kategori informasi benar dan salah, tapi giliran beli chip main game gk kerasa ampe jutaan gk ngeluh2… pas ditawarin kelas ? dikiranya org jualan kelas cuman ngejar cuan 😃… lah lu SD SMP SMA gk kerasa bayar puluhan juta aja udah kurang ajar ama guru 😃

Jadi klo pertanyaannya Creator Blogger bakal tergeser, ya tergantung mindset-nya…klo gk siap berubah dan mental penakut, apapun perubahannya dan lu ttp milih jalan di tempat, 5 tahun lagi bakal lu rasain kok 😃

Omfar

Ref:

  1. https://platform.openai.com/docs/models/gpt-3-5
  2. https://platform.openai.com/docs/guides/fine-tuning
  3. https://developers.google.com/search/blog/2023/02/google-search-and-ai-content?hl=id
  4. https://en.wikipedia.org/wiki/Hallucination_(artificial_intelligence)

Artikel diatas adalah tulisan dari Yos Beda pada sebuah komentar di group WordPress Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *